Pages

Ekspresi Nazar Nurdin

Foto Nazar Nurdin ketika presentasi dalam lomba esai nasional hukum di fakultas syariah UIN Malang tahun 2010

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 24 November 2012

KILAS BALIK SEJARAH NUSANTARA


Bagi banyak kalangan, sejarah adalah guru yang paling baik. Menganalisa sejarah bukan berarti harus meniru pola atau tindakan masa lampau, melainkan untuk menghadirkan si lain. Tanpa sejarah, hidup serasa hampa, asing. Belajar sejarah pun di niscaya mampu menghantarkan manusia melewati kesalahan yang sama, mampu memetakan posisi (tindakan) di masa mendatang.
Sejarah nusantara (Indonesia) merupakan satu hal yang sangat istemewa. Indonesia merupakan negara-bangsa yang kaya akan budaya, ras, suku, agama, bahasa. Ia memiliki panggung sejarah panjang dan berliku yang diliputi berbagai penafsiran dan kontroversi. Karena sejarah sudah lama berlalu, kiranya wajar jika klaim kebenaran sejarah (truth claim of history) atas pelbagai penafsiran marak terjadi, termasuk sejarah Indonesia.
Mestinya, sejarah tidak diperkenankan ada ‘justifikasi’ apalagi legitimasi kekuasaan. Sebab, fakta masa lalu tidak sama persis dengan apa yang terjadi dan kita bayangkan.
Bagi Gus Dur, sejarah nusantara tidak bisa hanya dibaca pada struktur kebudayaan masyarakat tertentu. Ia harus dipelajari semuanya. Nuansa mitos, dongeng, ajaran-ajaran nenek moyang yang berasal dari penjuru nusantara juga menjadi entitas yang penting. Sebab, mereka mempunyai kebudayaan tersendiri dan berbeda dengan kebudayaan lainnya.
Mitos di Jawa misalnya tentang cerita pewayangan yang melibatkan lakon pandawa dan kurawa. Konon, pandawa mewakili kepribadian yang baik. Sedangkan, kurawa mencerminkan sebaliknya. Dalam cerita itu, kurawa masih memiliki peluang untuk menjadi manusia baik, jika mereka mau berkembang seperti kaum paridawa yang telah mencapai kesempurnaan jiwa.
Dalam perjalannya, kaum paridawa berperang melawan pandawa di padang Guruserta yang secara fisik menggambarkan sisi lain dalam pergulatan budaya. Konsep tasawuf dalam tradisi Islam jawa jelas mengilustrasikan adanya pengaruh budaya pewayangan dengan konsep budaya yang dikembangkan kaum santri melalui tradisi pesantren.
Pun dengan bahasa Indonesia yang menjadi simbol pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia berkembang menjadi alat komunikasi canggih dengan menyerap unsur daerah yang saling berbeda. Dalam hal ini, bahasa dapat menunjukkan kelenturan bertutur kata dengan menyerap kaidah-kaidah budaya setempat. Bahasa pun menjadi pionir perekat bagi kemajuan bangsa.
Selain itu, budaya nusantara memiliki keunikan kultural tersendiri. Betapa tidak, orang-orang nusantara (bugis) dengan adat sirrinya mampu memadukan dengan tepat antara capaian dan keterampilan dari barat dengan sistem etika (moralitas). Dan kombinasi itulah yang menurut Gus Dur ‘sangat dibutuhkan’ kelak oleh seluruh elemen bangsa.
Buku setebal 134 halaman ini menyajikan ulasan materi pembacaan sejarah yang cukup menarik. Selain identitas penulis buku yang ‘multi tafsir’ dan diliputi pelbagai kontroversial, buku ini dirampungkan dalam tempo 7 bulan setelah ia lengser dari bangku kepresidenan. Maka tak heran jika dalam tulisannya, ditemukan kritik-kritik yang tajam yang sejalan dari prinsip yang diyakininya.
Maka, menjadi misi penting bagi konseptor budaya kita ketika melihat proses modernisasi. Kesalahan dalam menyelami makna budaya akan berakibat fatal pada distorsi kebudayaan. Dus, kearifan lokal (local wisdom) sangat diperlukan guna melihat jejak rekam akulturasi budaya sebagai konsep budaya yang utuh, tidak dengan sepotong-potong.


Judul Buku : MEMBACA SEJARAH NUSANTARA; 25 Kolom Sejarah Gus Dur
Penulis : Abdurrahman Wahid
Editor : M. Imam Aziz
Penerbit : Yogyakarta, Lkis
Cetakan : I, 2010
Harga : Rp. 20.000,00
Tebal Buku : xx + 134
ISBN : 979-25-5307-x



 
>>>Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) akan menyelenggarakan Rukyatul Hilal penentuan awal Ramadhan 1433 H pada Kamis (19/7) sore bertepatan dengan 29 Sya'ban 1433 H di berbagai titik di Indonesia. Warga Nahdliyin dihimbau dapat berpastisipasi dalam kegiatan tersebut >>>Kritik, saran, informasi atau artikel dapat dikirimkan kepada kami melalui email: redaksi@nu.or.id. Tuliskan subyek atau judul artikelnya untuk memudahkan redaksi.