Pages

Selasa, 12 Januari 2010

Banyak Penduduk Makmur Ekonomi


Penulis kurang sependapat dengan Thomas Malthus dalam esainya yang berjudul the Principle of Population pada tahun 1798 menulis bahwa pesatnya laju pertumbuhan penduduk tak lepas dari pertumbuhan eksponensial dan mengakibatkan adanya kelaparan dan kekurangan suplai makanan akibat banyaknya penduduk. Sementara itu, Paul R. Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb, dituliskan bahwa ledakan penduduk mengakibatkan adanya bencana kemanusiaan.
Langkah pemerintah dalam mengurangi emisi ledakan penduduk di Indonesia patut dipertanyakan kebenarannya. Lebih dari 30 tahun, pemerintah mengkampanyekan keluarga ideal dengan 2 anak, kini pemerintah mulai menyiapkan agenda baru mengurangi jumlah penduduk. Agenda tersebut dicanangkan menyusul tingginya kelahiran anak di Indonesia yang sekarang ini sudah mencapai 2,6 juta jiwa per tahun (menurut penelitian Gunawan Sumodiningrat). Entah alasan apa yang digunakan pemerintah saat ini untuk mengurangi ledakan penduduk. Lepas dari itu, seharusnya bertambahnya jumlah penduduk dengan patut di apresiasi.
Mengutip kata pepatah jawa “Semakin banyak anak, semakin banyak rizkinya.” Orang-orang jawa dulu bukan tanpa alasan mengularkan pernyataan ini. Dibalik itu semua tersirat makna yang tersembunyi yang tak disangka oleh siapapun. Dengan banyaknya jumlah penduduk yang ditandai dengan bayi yang lahir selamat menunjukkan bahwa anak (bayi) datang ke bumi membawa rizki bukan membawa petaka. Di Cina dan India yang terkenal jumlah penduduknya terbanyak ke 1 dan ke 2 memanfaatkan ini dengan sangat baik. Diantaranya menghasilkan pemasukan devisa negara paling besar, sehingga sektor perekonomian negara tersebut diatas rata-rata bahkan merajai dunia.

Indonesia sebagai negara terbanyak ke 4 seharusnya dapat mencapai perekonomian setingkat Cina atau India. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 241.973.879 juta jiwa pada tahun 2006 (Wikipedia), tak pelak jika perekonomian Indonesia semestinya berada di level raja Asia. Pemerintah Indonesia kurang menyadari adanya rahasia tersembunyi dibalik ledakan penduduk. Ditambah dengan doktrin dari barat yang menghasud agar jumlah penduduk dapat ditekan. Doktrin ini justru malah membuat kita tertekan dan semakin terpuruk dalam bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya. Mereka (pembuat doktrin) sadar, jika jumlah penduduk semakin banyak maka perekonomian negara akan semakin kuat. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak dikucilkan dan tidak disaingi oleh negara lain, khususnya Indonesia. Anehnya, Pemerintah Indonesia ‘tanpa dosa’ menjalankan hal ini.

Dalam kondisi sekarang ini, Stimulus mengurangi emisi ledakan penduduk sudah tidak relevan lagi bagi Indonesia. Di tengah jalannya resesi ekonomi global yang menjalar di belahan dunia, sulitnya mencari devisa negara dapat diatasi. Bahkan sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk melepaskan dari ‘cengkraman doktrin’ itu. Kita sebagai bangsa Indonesia seyogyanya dapat berfikir realistis menyikapi hal ini. Tentunya sebagai Bangsa yang besar, bangsa yang berkeadaban tinggi dalam etika moralitasnya dapat menggunakan akal sehatnya dengan teliti.

Kini potret pemerintahan Indonesia semakin jelas dalam menyikapi hal ini. Solusi konkrit atas permasalahan ini, pertama, pemerintah Indonesia harus berani menafsirkan kembali (reinterpretasi) teori-teori yang terlanjur menyebar di masyarakat. Kedua, pada nalar pikir pemimpin banga ini harus dibenahi dalam menyikapi droktrin barat tersebut. Ketiga, masyarakat harus bersikap realistis ketika menjalani proses pembuahan untuk menghasilkan anak. Keempat, pemerintah harus berfikir kreatif, inovatif dan peka terhadap realitas sosial yang dialami bangsa ini. Dan kelima, buatlah ini semua sebagai ujian yang dapat dikerjakan dengan baik dan menghasilkan hasil yang maksimal.

Di samping itu, sumber daya manusia yang kuat akan menguatkan perekonomian Indonesia yang semakin nyata. Dengan solusi diatas, penulis optimis jika Permasalahan besar semisal hutang 7 juta setiap bayi lahir, sarana dan prasara tidak mencukupi perlahan-lahan dapat diatasi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
>>>Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) akan menyelenggarakan Rukyatul Hilal penentuan awal Ramadhan 1433 H pada Kamis (19/7) sore bertepatan dengan 29 Sya'ban 1433 H di berbagai titik di Indonesia. Warga Nahdliyin dihimbau dapat berpastisipasi dalam kegiatan tersebut >>>Kritik, saran, informasi atau artikel dapat dikirimkan kepada kami melalui email: redaksi@nu.or.id. Tuliskan subyek atau judul artikelnya untuk memudahkan redaksi.