Pages

Selasa, 12 Januari 2010

Membumikan mahasiswa ekspor


Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimpah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Ost....Darah juang

Sepenggal bait lagu ’Darah juang’ terdengar sayup-sayup rindu penggugah hati manusia. Sepenggal lirik diatas
menggambarkan secuil perjuangan rakyat tanpa henti yang hanya ingin merasakan indahnya kemerdekaan. Kini setelah kemerdekaan yang secara fisik telah tiada, kemerdekaan menjelma menjadi tonggak sejarah darah juang bangsa ini. Harapan besar tonggak sejarah seterusnya nantinya akan jatuh di tangan para pemuda Indonesia, khususnya para mahasiswa yang digadang-gadang sebagai tonggak penerus bangsa.
...............................
Syubbânal yawm rijâlal ghad. Pemuda masa kini adalah tokoh di masa depan. Demikianlah aksioma yang sampai saat ini diakui kebenarannya oleh publik. Pemuda, terutama mahasiswa dikenal menjadi motor atau agen dalam setiap gerakan sosial. Karena itu, tak heran jika mereka kemudian di beri label “agent social of change”.
Sebutan yang di sandang mahasiswa ini selayaknya dapat dipahami dan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Interpretasi pemahaman mahasiswa terhadap arti agen sosial nantinya akan mempengaruhi persepsi masyarakat yang kritis terhadap pola pikir. Sebagai bagian dari kader intelektual, gagasan serta kritik yang membangun dari mahasiswa sangat diharapkan guna turut serta dalam pembangunan daerah. Dalam hal ini ’gagasan briliyan’ dari mahasiswa yang berasal dari kabupaten Demak.
Seiring berjalannya waktu, Demak lambat laun menjadi daerah pengekspor ’benih-benih pemimpin baru’. Tiap tahun, Demak mengirimkan ribuan calon-calon intelek muda yang berasal dari pelosok-pelosok desa ke daerah lain seperti di Semarang dan sekitarnya. Benih-benih Pemimpin baru itu nantinya yang akan menjadi pemegang tombak singgasana mahkota kadipaten. Potensi civitas akademika yang hijrah di daerah lain sangatlah besar. Terbukti, mahasiswa Demak mendominasi setiap kelas di bangku perkuliahan di tempat penulis menempuh sarjana strata satu (IAIN Walisongo-Semarang).
Namun, masalahnya dewasa ini terlanjur menjadi kebiasaan yang salah. Yakni lemahnya follow up atas pengiriman calon intelektual muda. Sehingga banyak diantara mereka memilih hijrah ke daerah lain guna mencari masa depan yang lebih mumpuni. Selain itu, pola penjaringan bibit-bibit unggul yang berguru di daerah lain tidak sepenuhnya ditemukan. Kesulitan beradaptasi dengan iklim pemerintahan di Demak juga turut menambah kesulitan penjaringan itu. Tolok ukur dalam menjaring serta memilah-milah calon pemimpin masa depan akan sangat mudah ditemukan tatkala dalam prosesnya berorganisasi. Calon pemimpin sejati akan terseleksi dengan sendirinya.
Berpijak dari sini, Seharusnya potensi besar dari mahasiswa ’ekspor’ dapat menjadi sebuah organisasi atau partai yang dapat berpartisipasi dalam proses berdemokrasi. Atau bila tidak membentuk suatu wadah perkumpulan mahasiswa ’ekspor’ yang permanen dari daerah asalnya. Pembentukan wadah semisal Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) yang berdiri beberapa tahun silam, hanya berjalan di tempat. Peran mahasiswa dalam menebarkan spirit agen sosial seakan layu ditelan globalisasi. Kini harapan itu seakan sirna ditelan romantisme sejarah masa lalu. Kondisi diperparah dengan peran Pemerintah Kabupaten Demak dalam men-tarining organization dan atau membantu pendanaan kegiatan IMADE tidak dapat dipastikan.
Untuk itu, kesadaran dari Mahasiswa dan Pemerintah Demak lah yang kali pertama dibenahi. Mahasiswa harus sadar betul bahwa pemudalah tumpuan bagi daerahnya dan bagi negaranya. Karena di tangan pemudalah roda estafet kepemimpinan akan diambil alih. Roda kepemimpinan mahasiswa daerah dapat berjalan dengan maksimal manakala didukung oleh peran Pemerintah yang maksimal pula. Kedua, dengan menerapkan program jangka panjang. Disini dimaksudkan agar Pemerintah memperoleh bibit-bibit unggul dengan memantau serta mencermati calon-calon jangkar pemimpin Demak ini. Sehingga nantinya ditemukan kader-kader militan penerus bangsa. Ketiga, Titik balik keberhasilan mahasiswa dalam latihan kepemimpinan terletak pada kedisiplinan serta keuletan dalam menjalankan roda organisasi. Dan organisasi yang dipimpinnya semisal IMADE menjadi saksi sejarah yang nantinya dapat dijadikan pijakan dalam pemberdayaan berkelanjutan.
Akhirnya, Dengan sepenggal bait lagu ’Darah juang’ pulalah semangat mengembalikan kembali roh atau spirit agen social of change yang mati suri ke singgasananya harus lebih diruwat. Tuntutan sekarang ini bukan hanya sebatas wacana saja. Tetapi lebih dari itu, wacana keilmuan kemudian diapresiasikan dalam bentuk atau tindakan yang nyata sebagai simbol peduli kepada daerah Demak.

0 komentar:

Posting Komentar

 
>>>Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) akan menyelenggarakan Rukyatul Hilal penentuan awal Ramadhan 1433 H pada Kamis (19/7) sore bertepatan dengan 29 Sya'ban 1433 H di berbagai titik di Indonesia. Warga Nahdliyin dihimbau dapat berpastisipasi dalam kegiatan tersebut >>>Kritik, saran, informasi atau artikel dapat dikirimkan kepada kami melalui email: redaksi@nu.or.id. Tuliskan subyek atau judul artikelnya untuk memudahkan redaksi.