Pages

Kamis, 16 Februari 2012

Gus Dur yang Kontroversial


Gus Dur adalah sosok yang luar biasa dan fenomenal. Seluruh sisa hidupnya dipersembahkan untuk rakyat. Bahkan dalam kondisi darurat –menjelang wafat-, Gus Dur selalu berfikir untuk rakyat Indonesia. Ia bukan saja ‘guru besar’ kaum sarungan, melainkan guru besar bangsa Indonesia. Bapak pluralisme Indonesia. 
Satu hal yang pasti, Gus Dur berjuang dengan penuh kejujuran serta keikhlasan. Perjuangannya tidak dilakukan untuk memperoleh jabatan ataupun popularitas. Jamak dari kita berjuang hanya mencari jabatan sekaligus mencari   ketenaran. Tapi, ini tidak berlaku bagi Gus Dur. Meski pada akhirnya ia dikecewakan oleh para ‘sahabat’nya sendiri, di caci maki, dijadikan ajang pelampiasan oleh banyak kalangan, Gus Dur tidak pernah marah ataupun ingin membalaskan dendamnya.
Melalui buku ini, Sumanto al-Qurtuby dengan kolom-kolom esainya ingin sesekali mendedikasikan buku ini sebagai bentuk pengabdian kepada sang guru bangsa. Sumanto pun sadar, ia bukan sebagai anak biologis sang bapak pluralisme ini. Ia juga bukan bagian dari kerabat dan saudara-saudaranya. Bukan pula tetangganya dan bukan ‘santri’ ngajinya. Ia juga bukan orang yang mendapatkan ‘syafaat’ dari Gus Dur  untuk menduduki jabatan-jabatan politis-strategis.
Ia juga bukan orang yang diuntungkan ketika Gus Dur menjabat sebagai Presiden, juga bukan kelompok yang mendapatkan keuntungan politik dan material dari Gus Dur. Tapi, Sumanto mengakui sebagai salah satu ‘anak idelogis’ Gus Dur yang mencoba mengabdikan diri kepada sang inspirator yang telah memberikan rujukan tentang pemikiran-pemikiran yang inklusif-pluralis  yang melintas batas ideologi, agama dan etnis (hlm. xliii).
Dalam buku ini, disajikan pelbagai fenomena menarik ketika Gus Dur menjabat sebagai orang pertama di negeri ini. Sesaat ketika Gus Dur diambil sumpah sebagai Presiden RI ke-4, ia menegaskan bahwa hanya mereka yang mengerti dan memahami hakikat demokrasi yang mampu mengamalkan, memelihara dan menegakkan demokrasi. Dalam pandangannya, ia mendasarkan prinsip demokrasi pada tiga hal; kebebasan, persamaan dan musyawarah. Ketiga konsep ini diadopsi oleh Gus Dur dari gerakan anti diskriminasi Mahatma Gandi, dan rumusan Ali Abdurraziq.
Gus Dur sekali lagi memang kontroversial. Selama menjadi presiden, ia membubarkan Departemen Penerangan (Deppan) dan Departemen Sosial (Depsos). Ia mengaggap kedua Departemen itu telah menyalahi Konstitusi dan prinsip demokrasi itu sendiri. Sehingga, muncul penolakan dan kritik keras dari berbagai kalangan. Lebih heboh lagi, Gus dur juga berinisiatif mencabut TAP MPR No 25 MPRS Tahun 1966 tentag PKI dengan mengeluarkan Dekrit Presiden. Dari sinilah, pemerintahan Gus Dur tidak mendapat dukungan dari TNI, seruan fatwa Mahkamah Agung, hingga kemudian MPR menggelar sidang Istimewa untuk melengserkan Gus Dur tanpa kehadiran sang Presiden. Sehingga, dari sinilah sang presiden dijungkalkan secara politis dari kursi presiden di negeri ini dengan disertai isu skandal Buloggate.
Lepas dari itu, dalam buku ini Sumanto dengan jeli memetakan pola pemerintahan sang kiai ini. Namun, sebagai ‘anak ideologis’nya nampaknya Sumanto kurang proporsional dalam mengurai tindakan-tindakan Gus Dur yang terbilang kontroversial. Meski, dalam buku setebal 197 halaman ini pula ia dengan tegas mencoba berlaku proporsional.
Akhirnya, Gus Dur adalah Gus Dur. Ia juga manusia seutuhnya yang tidak luput dari sifat kelupaan dan kesalahan. Semoga, amal bhaktinya diterima disisinya. Amin. [Nazar Nurdin

Judul Buku      : SEMAR DADI RATU; Mengenang Gus Dur Kala Jadi Presiden
Penulis            : Sumanto Al-Qurtuby
Editor             : Tedi Kholiludin
Penerbit           : Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang Jawa Tengah
Cetakan           : Pertama, Agustus 2010
Harga             : Rp. 25.000,00
Tebal Buku      : zlix + 197

0 komentar:

Posting Komentar

 
>>>Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) akan menyelenggarakan Rukyatul Hilal penentuan awal Ramadhan 1433 H pada Kamis (19/7) sore bertepatan dengan 29 Sya'ban 1433 H di berbagai titik di Indonesia. Warga Nahdliyin dihimbau dapat berpastisipasi dalam kegiatan tersebut >>>Kritik, saran, informasi atau artikel dapat dikirimkan kepada kami melalui email: redaksi@nu.or.id. Tuliskan subyek atau judul artikelnya untuk memudahkan redaksi.